Jayapura – Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Papua yang juga sebagai Anggota Komisi III DPR Papua, Yanni, SH menggelar hearing dialog dengan masyarakat di daerah pemilihannya (Dapil), yakni di Kabupaten Jayapura yang berlangsung di salah satu hotel di Sentani, Sabtu (19/12).
Dalam hearing tersebut, banyak aspirasi yang telah disampaikan masyarakat kepada Srikandi Gerindra Papua itu.
Ketua Fraksi Gerindra DPR Papua itu mengatakan, hearing dialog adalah tugas rutin kami dan itu momen penting dengar banyak aspisari. Bukan hanya terkait tugas di komisi juga isu masalah di masyarakat yang berkembang.
“Aspirasi yang disampaikan tadi akan kami teruskan ke komisi terkait. Misalnya tadi masalah tanah. Memang masalahnya sudah berlarut larut dan ini harus ditindaklanjuti, tapi oleh komisi terkait yaitu Komisi I di DPRP,” jelas Yanni.
Apalagi lanjut Yanni, di Komisi I juga ada anggota Gerindra dan ia akan menyampaikan masalah itu untuk didorong. Harus dilihat persoalannya karena kalau masalah ini tidak diselesaikan tentu berdampak pada masalah perekonomian dan pembangunan, terutama dibidang pertanian.
“Jadi tidak boleh ada pihak yang dirugikan. Baik pemilik ulayat maupun masyarakat yang sudah puluhan tahun di sana. Selain itu tadi juga banyak disampaikan mengenai pemberdayaan perempuan, miras, menanyakan vaksin covid. Ini sesuatu yang berkembang yang ingin masyarakat ketahui. Jadi hearing dialog itu sangat berarti bagi kami anggota DPRP untuk mendengar langsung aspirasi masyarakat,” ungkapnya.
Dikatakan, meskipun ia ketua partai, namun kebiasaan dirinya selama ini, dimana kabupaten yang dikunjungi pasti menginformasikan kepada anggota DPRD dari partai Gerindra yang ada di kabupaten tersebut. Dengan begitu anggota DPRD kabupaten itu juga mendengarkan secara langsung apa yang disampaikan oleh masyarakat.
“Jadi tidak hanya saya yang di provinsi. Bahkan anggota DPRP dari Gerindra di provinsi saya juga ajak untuk mendengar langsung. Ini kebiasaan kami bersinergi,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, perwakilan warga Nimbokrang, Siwanto berharap apa yang disampaikan bisa direspons dan ini tujuan untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kalau saya tadi aspirai kami kan dari transmigrasi mengenai tanah transmigrasi yang dipalang oleh adat ulayat. Sehingga kami ajukan agar tolong, kalau bisa dari pemerintah atau dari dewan dan sebagainya dapat menyelesaikan tanah itu, karena transmigrasi mayoritas petani,” ungkap Siswanto.
Dikatakan, transmigrasi tidak berani berbuat banyak karena tanah itu dipalang pemilik ulayat. Maka itu pihaknya minta dengan hormat pemilik ulayat dipanggil, untuk diselesaikan masalahnya supaya pihaknya tenang dan pemilik ulayat juga tenang.
“Transmigrasi tenang jadi semuanya bisa berjalan. Saya sudah 25 tahun di Nimbokrang. Itu permintaan masyarakat transmigrasi yang saya wakili. Tanah itu masih bersengketa karena pemerintah belum menyelesaikannya. Kami warga transmigrasi inikan di bawah pemerintah kalau masyarakat adat palang tidak mungkin kami mau paksa serobot. Kami mundur,” kata Siswanto.
Aktivis perempuan, Abina Beno mengatakan, hearing seperti ini baik. Dengan begitu anggota dewan mendengar aspirasi dari warga.
Bahkan, dirinya mengapresiasi ibu Yanni yang punya inisiatif menggelar hearing dialog ini. Sebab masyarakat bisa menyampaikan keluhannya secara langsung.
“Kami perempuan Papua itu tahu ibu Yanni kerja seperti apa. Dan bagi saya tidak melihat siapa dia dan dari mana dia, tapi apa yang dilakukan oleh ibu Yanni banyak hal bisa menjadi contoh,” tandas Abina.
Menurutnya, dengan adanya hearing dialog seperti ini, dengan begitu Ibu Yanni bisa mendengar aspirasi masyarakat dan dapat diteruskan kepada pimpinan di dalam DPRP.
Apalagi sambungnya, ibu Yanni sebagai Ketua Fraksi Gerindra. Artinya apa yang menjadi visi misi partai terwujud di masyarakat.
“Kalau ibu sudah tiga periode di DPR Papua, berarti ada nilai khusus dari masyarakat untuk ibu. Saya diundang hadir dan apa yang kami sampaikan, kami harapkan dapat disampaikan dirapat rapat di DPRP nanti. Dan bagi saya ibu Yanni adalah sosok mama bagi kami orang Papua,” ungkapnya.
Apalagi kata Abina, aspirasi yang di sampaikan berkaitan dengan penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Kita tahu di Papua ini tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan itu sangat banyak. Juga anak anak yang ditelantarkan. DPRP mesti mendorong ini dan mensosialisasikan penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujarnya.
Perwakilan ondoafi Kampung Yobe, Yulius Fele juga mengapresiasi ibu Yanni yang sudah banyak membantu masyarakat. Untuk itu, dirinya berharap, ibu tetap eksis dan turun mendengar langsung keluhan masyarakat.
Hal senada dikatakan tokoh masyarakat lainnya, Alexander Tecuari yang mengatakan, tanah adat transmigrasi di Nimbokrang itu belum bayar. Sehingga rakyat di sana sangat membutuhkan dan diharapkan dapat diselesaikan.
“Lainnya mengenai dana respek. Itu harus dilanjutkan karena sampai di kampung kampung. Pertemuan tadi sangat luar biasa. Itu perlu diperjuangkan termasuk kesetaraan gender juga itu perlu diperjuangkan. Kami harap DPR Papua semua mendorong itu, bukan hanya ibu Yanni saja,” tekannya.
Sekedar diketahui, selain melakukan hearing dialog, ibu Yanni pun membagikan bingkisan paket Natal kepada peserta tamu undangan juga membagikan berkat berupa THR sebagai hadiah Natal.
Pada kesempatan itu, Yanni juga mengatakan, dalam memasuki bulan penuh kasih, pertama pihaknya dari partai Gerindra mengucapkan turut berdukacita atas meninggalnya Wakasad Herman Asaribab. Semoga arwahnya diterima disisi Tuhan serta amal ibadahnya diterima Tuhan.
“Kemudian yang kedua selamat Hari Natal kepada umat nasrani di procinso Papua dimana saja berada. Damai Natal membawa sukacita dan memberikan perlindungan agar kita semua sehat,” kata Yanni.
Menurutnya, paket Natal itu berupa satu karton coca cola untuk setiap orang. Ada sebanyak 100 paket yang dibagikan.
“Kami memberikan hadian Natal. Saya ada terima THR dari hak saya, tapi semua saya habiskan untuk masyarakat sebagai hadiah THR untuk mereka. Satu orang saya kasi 1 juta.
Ditambahkan, ini memang tidak maksimal tapi Yanni berharap jangan dilihat dari nilainya karena memang ada keterbasan dari hak-hak yang kami terima.
“Jadi nilainya jangan dijadikan tolok ukur, tapi inilah bentuk rasa kepedulian kami dan perhatian kami kepada masyarakat, karena kedatangan kami ini dengan sukacita di moment perayaan Natal ini,” tutup Yanni.