Jayapura, – Setelah turun melakukan investigasi di Kabupaten Intan Jaya terkait sejumlah kasus penembakan yang berturut-tutut terjadi, kini saatnya Panitia Khusus atau Pansus Kemanusiaan DPR Papua menyampaikan hasil imvestigasi mereka, terutama terkait kasus penembakan Pendeta Yeremias Zanambani di Intan Jaya beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua Pansus DPR Papua, Namantus Gwijangge mengungkapkan, Pansus Kemanusiaan dibentuk Februari lalu karena masalah di Nduga dan Intan Jaya memanas. Sehingga semua fraksi di DPRP sepakat pembentukan Pansus, karena masalah kemanusiaan hari ini harus dikawal.
“Fokus kami pada kemanusiaan dan warga sipil di Papua. Agar bagaimana kami memberikan jaminan hukum kepada mereka, dan juga memberikan mereka jaminan hidup, ” kata Namantus kepada sejumlah wartawan dalam keterangan persnya, Jumat (9/10), siang.
Oleh karena itu, lanjut Namantus pihaknya terus bekerja dalam setiap masalah dan turun melakukan investigasi dalam kasus penembakan Pdt Yeremias di Intan Jaya.
Ketua Pansus Kemanusiaan, Feriana Wakerwa mengatakan, jika pihaknya ke Intan Jaya pada 5 Oktober lalu dan melihat sendiri situasi di sana.
Dikatakan, jika situasi di Intan Jaya memang tak aman bagi masyatakat di sana. Selain itu pemerintahan dan perekonomian ikut terganggu. Banyak rumah yang sepertinya tidak dihuni. Selain itu, mobilitas masyarakat tidak seperti biasanya.
“Situasi di sana tidak seperti sebelumnya. Saat ini situasi disana sangat mencekam, tidak ada aktivitas masyarakat di luar rumah. Aktivitas pendidikan juga terganggung. Beberapa siswa yang kami temui menyatakan tidak ke sekolah karena tak ada aktivitas belajar mengajar,” ungkap Feryana.
Lanjut dikatakan, Distrik Hitadipa, merupakan lokasi penembakan pendeta, pihaknya juga bertemu istri almarhum dan masyarakat.
“Masyarakat di wilayah itu mengungsi, karena khawatir. Warga beranggapan jika pendeta yang selama ini menjadi pagar mereka, tapi telah roboh. Pagarnya saja bisa roboh, apalagi mereka yang hanya warga biasa,”tuturnya.
Anggota Pansus Kemanusiaan, Decky Nawipa mengatakan, pihaknya melakukan investigasi atas nama Pemprov Papua dan negara. Saat investigasi Pansus mengumpulkan berbagai informasi dari Bupati, Dandim, Kapolres, tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga yang menjadi saksi.
Kata Decky Nawipa, pihaknya pun telah merekomendasikan beberapa hal kepada Pemda Intan Jaya.
“Rekomendasi itu di antaranya, selama kondisi Intan Jaya belum kondusif, jangan ada penambahan pasukan ke sana. Karena kalau dipaksakan, rakyat tidak akan terima meski niat baik negara adalah melakukan pengamanan,” ujar Decky.
Sementara rekomendasi lainnya, kata Decky Nawipa, selama masalah Otsus belum selesai jangan ada penambahan pasukan dulu.
“Jadi pelakunya mesti diungkap karena pihak korban dan saksi telah menyebutkan siapa nama pelaku tersebut,” bebernya.
Sementara, anggota Pansus lainnya, Paskalis Letsoin menambahkan, hasil investigasi pihaknya menyimpulkan jika pelaku sebenarnya adalah oknum anggota TNI.
Politisi Partai berlambang Kepala Banteng ini mengatakan, informasih tersebut didapatkan pihaknya berdasarkan hasil keterangan beberapa warga atau saksi dan istri korban.
Paskalis mengungkapkan, sebelum korban ditembak, istri almarhum sempat bertemu sekelompok TNI di jalan, dan mengenali salah satu dari mereka. Oknum yang ia kenali itu telah dianggap bagian dari keluarga karena selalu menjalin hubungan baik.
“Saat bertemu, tentara tanya siapa di atas? mama bilang, bapa di atas. Mama itu kenal ada satu di antara mereka yang dianggap anak. Ketika kembali jam 6 sore dia lihat suaminya (pendeta) sudah tidur,” kata Paskalis.
Lalu kata Paskalis, korban (pendeta) kemudian menyampaikan kepada istrinya kalau ia ditembak oknum TNI dengan menyebut nama pelaku.
“Pendeta juga menyampaikan itu kepada ibu yang menemaninya setelah ditembak. Karena setelah ditembak beliau tidak langsung meninggal. Sekitar jam 12 malam baru dia meninggal,”bebernya.
Menurut Paskalis Letsoin, mestinya dengan keterangan sejumlah saksi itu pihak terkait bisa mengambil langkah.
“Tapi kami harap kasus ini berporses dan tembak menembak dihentikan. Mesti ada langkah tepat untuk menangani masalah ini. Agar tak ada lagi ketakutan dan Intan Jaya tak jadi kota mati,”tutupnya.