Jayapura – Pandemi Covid-19 yang terjadi secara global termasuk di Indonesia sejak Maret lalu memengaruhi roda perekonomian.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) mencatat pada triwulan I tahun 2020, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I tahun 2020 mencapai Rp3.922,6 triliun, tumbuh 2,97 persen secara year on year dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Namun, melambat dibanding capaian triwulan I tahun 2019 sebesar 5,07 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 2,41 persen.
Pada triwulan II tahun 2020, BPS mencatat ekonomi Indonesia berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku triwulan II tahun 2020 mencapai Rp3.687,7 triliun.
Ekonomi Indonesia triwulan II tahun 2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan 4,19 persen. Dari sisi lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 29,22 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa serta impor barang dan jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 12,81 persen dan 14,16 persen.
Selama semester I tahun 2020 dibandingkan semester I tahun 2019, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 1,26 persen. Kontraksi tersebut terjadi dari sisi produksi lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 15,07 persen.
Dari sisi pengeluaran semua komponen terkontraksi, dengan kontraksi tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 6,44 persen.
Dampak pandemi Covid-19 sangat memengaruhi kinerja ekonomi kelompok provinsi di Pulau Jawa yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,69 persen, disusul oleh kelompok provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6,29 persen.
Sebaliknya, kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua masih menunjukkan kinerja ekonomi yang tumbuh positif sebesar 2,36 persen.
Tanpa Tambang Minus 4,50 Persen
Perekonomian Papua pada triwulan II tahun 2020 tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 sebesar 3,45 persen.
Kepala BPS Provinsi Papua, Adriana Helena Robaha mengatakan, ekonomi Papua tetap tumbuh positif selama masa pandemi Covid-19 disebabkan tingginya pertumbuhan lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian tumbuh 21,35 persen.
“Hal ini lantaran meningkatnya produksi emas dan tembaga PT Freeport Indonesia. Selain lapangan usaha tersebut, kategori informasi dan komunikasi juga mengalami pertumbuhan 5,44 persen,” terang Adriana saat merilis kinerja perekonomian Papua triwulan II pada Agustus lalu.
Kendati tumbuh positif, namun perekonomian Papua tanpa pertambangan dan penggalian pada triwulan II tahun 2020 minus 4,50 persen. Sementara, dibandingkan triwulan II tahun 2019, ekonomi Papua turun 5,73 persen.
Kategori lapangan usaha di luar pertambangan dan penggalian yaitu konstruksi, pertanian, kehutanan dan perikanan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dan kategori lainnya. “Kategori tersebut mendominasi ekonomi Papua tanpa tambang,” ucap Adriana.
Proyeksi Ekonomi Papua
Perekonomian Papua pada triwulan IV tahun 2020 diperkirakan tumbuh positif yang ditopang oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta didukung oleh proses pemulihan ekonomi sektor nonpertambangan.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga menyebut dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap memiliki pangsa terbesar perekonomian Papua.
Peningkatan konsumsi rumah tangga, kata Naek, didorong oleh pemulihan aktivitas ekonomi pasca kebijakan pembatasan pada triwulan II tahun 2020. Pemulihan ekonomi sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat serta stabilitas dunia usaha.
“Secara agregat, perekonomian Papua tahun 2020 diproyeksikan tumbuh positif, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2019 yang terkontraksi sebesar minus 15,72 persen secara year on year,” kata Naek dalam Forum Perekonomian Daerah yang digelar secara virtual pada September lalu.
Naek mengatakan, secara umum peningkatan kinerja ekonomi Papua pada tahun 2020 didorong oleh perbaikan kinerja pertambangan terbesar di Papua, dimana produksi berasal dari tambang bawah tanah yang mengalami peningkatan produktivitas sejalan dengan kadar tembaga dan emas yang lebih tinggi dibandingkan tambang terbuka.
“Meski demikian, kebijakan pembatasan aktivitas yang diberlakukan sepanjang triwulan II dan III tahun 2020 diperkirakan menahan laju pertumbuhan sektor nonpertambangan secara tahunan,” ucap Naek. (Zulkifli)