Jayapura, – Komandan Korem (Danrem) 172/PWY mengajak semua komponen masyarakat di Papua untuk saling memaafkan. “Luka lama itu masih terus mengakibatkan berbagai konflik. Untuk menghapus dan mengobati luka itu mari kita memaafkan,” ujar Danrem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan dihadapan para tokoh tokoh agama Kristen, di aula Makorem, Senin (10/8).
Danrem lebih lanjut mengatakan bahwa pertemuan hari ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. “Saya undang kembali karena saya memiliki janji. Janji pertama saya adalah akan menggembalakan pasukan saya. Dan saya kerja keras untuk Itu. Janji kedua adalah berkomunikasi dengan paguyuban paguyuban yang ada. Dan sudah saya laksanakan sehingga hari ini saya akan menyampaikan hasilnya,” ujar Danrem.
Dijelaskannya bahwa reaksi masyarakat pendatang pada beberapa kerusuhan adalah reaksi spontan untuk menyelamatkan diri. Reaksi spontan ini bukan masa tandingan dan tidak terorganisir. Namun memang menjadi anggota paguyuban daerah asalnya. “Dari paguyuban tidak menginginkan ada kerusuhan lagi. Mereka ingin menjadi pendamping masyarakat asli Papua untuk membangun masa depan,” ujarnya.
Dikatakannya pula, paguyuban paguyuban yang ada sangat mendukung penegakkan hukum bagi pelaku kerusuhan dan menginginkan ada pertemuan dengan tokoh agama.
Bagai gayung bersambut, tokoh agama Kristen pun ingin berjumpa dengan pimpinan paguyuban paguyuban.
Pada diskusi dan tanya jawab, terungkap ajakan untuk melupakanlah masa lalu , seperti yang ada tertulis di Alkitab. Sebab siapa yg terperangkap pada masa lalu adalah sia sia. Mari kita melangkah ke depan unyuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Sementara itu pada kesempatan yang sama Wakil ketua sinode GKI, Heskia Rollo mengutip kata kata Nelson Mandela ” tidak ada masa depan tanpa pengampunan”.
“Ketika kita memberi pengampunan maka Tuhan akan memberi masa depan yang baik. Mari kita saling mendukung dan bergandengan tangan,” ujar Pendeta Heskia Rollo.