JAYAPURA – Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw sangat geram dengan aksi kelompok kriminal bersenjata selama ini di Papua, terlebih dengan kasus penembakan dan kekerasan dua tenaga kesehatan di Intan Jaya beberapa waktu lalu.
Kapolda menegaskan aksi yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata terhadap dua tenaga kesehatan yakni Heniko Somau dan AlameK Bagau sangat di luar nalar manusia semestinya.
“Aksi kekerasan dan penembakan yang dilakukan oleh kelompok itu (KKB red) terhadap dua relawan kemanusiaan di Intan Jaya sangat biadab dan patut di kutuk,” tegasnya ketika memberikan keterangan Di Mapolda Papua, Jum’at (29/5) sore.
Ia pun meminta kepada semua pemangku kepenting baik pemuka Agama, Adat, dan pemuka Masyarakat untuk menyatukan presepsi agar mengutuk para pelaku, mengingat kedua korban ini sedang menjalankan tugas mulia sebagai relawan kemanusiaan disana.
“Mereka ini patut di kutuk karena tidak memiliki pri kemanusiaan, ini harus mnejdi semngatuntuk semua elemnt penting di Papua mengutuk aksi keji mereke terhadap dua sudara kita yang menjalakan tuga kemanusiaan,” bebernya.
Lanjut Kapolda, alasan kekerasan tidak berpri kemanusiaan yang dilakukan KKB sangat simple, lantaran masalah HT. dimana HT itu sebenarnya hanylah alat kemunikasi kedua korban untuk berkomunikasi dengan posko induk penanganan Codi-19 di Intan Jaya, mengingat sara komunikasi cukup sulit di wailayah terpencil seperti itu.
“Hasil dari keterangan pemeriksaan beberapa saksi kekerasan aitu disebabkan kedua korban dituduh aparat kemanan serta mata-mata karena memiliki HT, padahal jelas HT tersebut merupakan alat komunikasi,” tegasnya.
Ia pun cukup menyayangkan ketika kejadianyang menimpah dua relawan kemanusiaan di Intan Jaya yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata, tidak ada satu tokoh pun yang bersuara atas kejadian itu, bak diam seribu Bahasa, seperti hanyalnya kasus pembantaian 17 pegawai istaka karya di Kabupaten Nduga pada pengunjung tahun 2018 silam.
“Jangan kan kejadian ini, pada pengunjung tahun 2018, di Nduga yang mengakitabkan 17 karyawan, saya belum dengar ada tokoh minta maaf kepada keluarga korban, itu pembantaian, itu jelas, termaksud dengan kesini-sininya. Kadang mereka pertanyakan kenapa aparat melakukan tindakan tegas, ya karena itu masalahnya, karena kita kasih biar sedikit, mereka mendahului,” tegasnya.